BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Geografi Tumbuhan dan Hewan adalah salah satu cabang ilmu dari geografi. Geografi memang sebuah ilmu yang sangat kompleks, menyangkut segala jenis aspek fisik di bumi dan aspek sosial serta kaitan antara kedua hal tersebut. Begitupun geografi tumbuhan dan hewan, bidang studi ini akan menjadi sangat kompleks jika tidak ditemukan pembatas yang jelas karena ketika membicarakan geografi tumbuhan dan hewan maka ilmu geografi dan ilmu biologi saling berkaitan. Maka pada makalah ini akan dibahas apa saja materi yang dibicarakan pada mata kuliah geografi tumbuhan dan hewan, seperti definisi geografi tumbuhan dan hewan itu sendiri, konsep dasarnya yang di dalamnya membahas aspek kajiannya, komponennya, dan lain-lain.
B. Rumusan
Masalah
- Bagaimana konsep dasar geografi tumbuhan dan hewan ?
- Bagaimana perkembangan makhluk hidup di muka bumi ?
- Menjelaskan konsep dasar geografi tumbuhan dan hewan.
- Menjelaskan perkembangan makhluk hidup di muka bumi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Geografi Tumbuhan dan Hewan
Geografi
tumbuhan dan hewan adalah salah satu cabang ilmu geografi. Menurut Fatchan
(2013), berdasarkan atas arti kata geografi tumbuhan dan hewan berasal dari dua
kajian cabang ilmu geografi serta ilmu pengetahuan tumbuhan dan hewan. Dengan
demikian, sebenarnya terdapat kajian dua cabang ilmu yakni geografi hewan dan
geografi tumbuhan.
Pengertian geografi
tumbuhan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. R.B.hind
Geografi
tumbuhan adalah suatu analisa penyebar pola tumbuhan di permuakaan bumi
sehubungan dengan suhu, pengruh kehidupan dan unsur fisika lainnya (R.B Hind,
1843 dalam Maulana 2014).
2. F.J.Meyen
Geografi
tumbuhan adalah suatu studi yang secara khusus menyelidiki hubungan daerah
asal, budaya dan manfaat utama tumbuh-tumbuhan sebagai sumber kemakmuran bangsa
(F.J Meyen, 1846 dalam Maulana, 2014).
3. Nicholas Polunin
Geografi
Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tumbuhan di seluruh permukaan bumi,
mengenai komposisinya, produktivitasnya setempat, dan khususnya mengenai
agihannya (Polunin, 1966: 2).
4. Achmad Fatchan
Geografi
tumbuhan (phytogeography atau plant geography) berasal dari kata phyto atau
plants= ‘kehidupan hayati’/ ‘tanaman’ dan geography=’ilmu tentang bumi’
(keruangan, kewilayahan, kelingkungan, manusia). Komponennya mempelajari
tentang bumi dengan berbagai gejalanya, manusia dan makhluk hidup tumbuhan,
interaksi di antaranya, penyebaran tumbuhan
terkait dengan kondisi: kondisi iklim, tanah, geologi, geomorfologi, kondisi
aktifitas tumbuhan (Fatchan, 2013).
Berdasarkan beberapa
pengertian geografi tumbuhan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
geografi tumbuhan adalah suatu studi tentang tumbuhan di bumi, mengenai
asal-usulnya, penyebarannya serta perannya sebagi sumber kemakmuran bagi
manusia di suatu daerah. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat F.J Meyen
yang menyatakan bahwa Geografi tumbuhan adalah suatu studi yang secara khusus
menyelidiki hubungan daerah asal, budaya dan manfaat utama tumbuhan-tumbuhan
sebagai sumber kemakmuran bangsa. Di dalam teorinya tetap tidak meninggalkan
unsur keterkaitan antara tumbuhan dengan manusia, dengan kata lain beliau tetap
memperhatikan kaitan antara physical dan human, dibuktikan dengan kalimat di
akhir teorinya yaitu “tumbuh-tumbuhan sebagai sumber kemakmuran bangsa”.
Sedangkan
pengertian geografi hewan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Echols dan Hassan Shadily
Zoogeografi
adalah ilmu tentang bumi yang berhubungan dengan hewan atau binatang (Echols
dan Shadily, 1984 dalam Dhemajad, 2014).
2. Darlington.
Geografi
hewan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang dunia hewan kaitannya
dengan kondisi dan keadaan yang ada di permukaan bumi, penyebarannya, dan
berbagai aspek yang memberi pengaruh terhadap penyebaran tersebut, seperti
aspek kondisi iklim, tanah, geologi, geomorfologi, dan kondisi berbagai hewan
itu sendiri (Darlington, 1966: 22-23 dalam Fatchan, 2013: 2).
3. Michael Richter
Ilmu
yang mempelajari pola (secara) geografi tentang tumbuhan dan hewan agar dapat
diketahui persebaran hewan dan tumbuhan tersebut di permukaan bumi berdasarkan
ilmu ekologi dan ekosistem (Richter, 1978 dalam Muhsholeh, 2014).
4. Alfred Russel Wallace
Ilmu
tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan
Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi (Russel, 1870 dalam Muhsholeh, 2014).
5. Brown, James H., and Mark V. Lomolino
Suatu
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hewan dan (juga) tumbuhan hidup di
berbagai tempat yang berbeda di bumi (Brown, James H., Mark V. Lomolino, 1962
dalam Muhsholeh, 2014).
6. Achmad Fatchan
Geografi
Hewan menurut arti kata bahwa geografi hewan (zoogeography) berasal dari kata
zoo=binatang atau hewan dan geography=ilmu tentang bumi (keruangan, kewilayahan, kelingkungan, manusia).
Zoogeography=ilmu tentang bumi berkaitan hewan di dalamnya (Fatchan, 2013: 1).
Dari
beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa geografi hewan
adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hewan-hewan atau sesuatu dari
dunia hewan dengan kondisi dan keadaannya yang ada di permukaan bumi beserta
penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyebaran hewan-hewan
tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, dan keadaan geologisnya.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Darlington. selain itu, Darlington
menjelaskan geografi hewan secara lebih gamblang dan detail. Hanya saja yang
perlu ditambahkan pada definisi geografi hewan menurut Darlington adalah
keterkaitannya dengan manusia, bagaimana keberadaan hewan dan persebaran hewan mempengaruhi
kehidupan manusia. Sehingga kesimpulan akhir dari pengertian geografi hewan
adalah ilmu pengetahuan yang sebagian besar berhubungan dengan hewan-hewan atau
bagian khusus (terpenting) dari dunia hewan dengan kondisi dan keadaannya yang
ada di permukaan bumi beserta penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi
penyebaran hewan-hewan tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, dan
keadaan geologisnya. Serta mempelajari bagaimana keterkaitan antara keduanya
yaitu bagaimana persebaran dan keberadaan hewan di suatu daerah mempengaruhi
kehidupan manusia.
Dari
dua kesimpulan tersebut dapat ditarik lagi menjadi satu kesimpulan yang padu
untuk menjelaskan geografi tumbuhan dan hewan atau yang dalam Bahasa Inggris disebut Biogeography.
Biogeography adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu
tentang tumbuhan dan hewan, mulai dari asal mulanya, proses penyebarannya,
dampak penyebarannya dan keberadaannya terhadap kehidupan manusia di suatu
lokasi tertentu.
Dalam
mempelajari geografi tumbuhan dan hewan diperlukan dua aspek yaitu
1.
Aspek/ ilmu geografi
a. Aspek geografi fisik
b. Aspek geografi manusia
2.
Aspek/ ilmu biologi
(biotik)
a. Aspek biotik tumbuhan
b. Aspek biotik hewan.
Maka
jelas bahwa pada pembahasan geografi tumbuhan dan hewan kaitan antara kedua disiplin
ilmu ini (geografi dan biologi) sangat berkaitan dan saling membutuhkan.
Contohnya ketika membicarakan genetika hewan dan tumbuhan maka ilmu biologi
yang dominan diperlukan sedangkan ketika membicarakan lokasi penyebarannya maka
ilmu geografi yang dominan diperlukan.
Konsep
geografi tumbuhan dijelaskan oleh Polunin bahwa “The vegetations being on analysis of
the distributions of vegetables from over of the surface of the globe in
connection with climate and physical agent”, “Para
vegetasi berada di analisis distribusi tanaman di atas permukaan bumi kaitannya
dengan iklim dan agen fisik” (Polunin, 1966 dalam Fatchan 2013: 5).
Fenomena
dunia tumbuhan maupun hewan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tanah
(lahan), iklim, topografi dan tidak ketinggalan faktor manusia, dengan segala
subvariabel dari masing-masing faktor tersebut. Tumbuhan merupakan makhluk
hidup yang menetap, memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa dengan
sumber bahan makanan dari gas dan zat cair, melalui bantuan klorofil oleh
cahaya. Tumbuhan dipermukaan bumi sebagai objek kajian bagi ahli geografi
tumbuhan. Bentuk fisik maupun sifat masyarakat tumbuhan tersebut berbeda-beda
menurut besaran lintang, topografi, maupun kedudukannya pada benua. Oleh sebab
itu para ahli geografi tumbuhan lebih memusatkan perhatiannya terhadap hubungan
tumbuhan dengan tanah, topografi dan iklim untuk mengkaji persebaran, jenis
beserta agihan.
Objek
kajian geografi tumbuhan adalah tumbuhan yang sifatnya natural dan bukan
tumbuhan yang sudah mendapatkan perlakuan khusus atau rekayasa oleh manusia.
Pendekatan yang digunakan dalam kajian dunia tumbuhan adalah bukan saja dari
segi floristik saja yaitu pendekatan yang hanya berkaitan dengan tumbuhan itu
saja, tetapi yang lebih penting adalah pendekatan dari segi struktur yaitu,
bagaimana dari tumbuhan yang hidup itu terbentuk, tumbuh, berkembang dan
tersebar. Secara umum penggolongan tumbuhan yang tersebar di permukaan bumi
lebih didasarkan pada pendekatan struktur. Sebab pendekatan tersebut sesuai dengan
tujuan geografi tumbuhan yaitu mengetahui persamaan dan perbedaan
fenomena-fenomena dunia tumbuhan berdasarkan faktor kelingkungan maupun
kewilayahan dalam konteks keruangan. Selanjutnya geografi tumbuhan juga
menitikberatkan kajiannya pada bioklimatologis daripada aspek evolusi maupun
penyusunan tumbuhan pada masa geologi.
Dengan
demikian kajian geografi tumbuhan lebih diutamakan kepada reaksi-reaksi
tumbuhan terhadap unsur-unsur fisikal lingkungan seperti cahaya, panas,
kelembaban, jenis tanah terhadap jenis dan persebaran tumbuhan maupun
sifat-sifatnya. Disamping itu kajian tumbuhan dengan lingkungannya juga
mempertimbangkan segala organisme hidup pada suatu tempat tertentu pada masa
tertentu dari suatu lingkungan tertentu pula. Kajian itu disebut ekosistem
yaitu ekologi tumbuhan.
Penentuan
kedudukan unit-unit tumbuhan dipermukaan bumi pertama-tama harus mempelajari
keseluruhan sistem biosfera yang menyangkut zona-zona kehidupan Biosfera dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan berdasarkan lingkungannya atau biosiklusnya
yaitu:
a.
biosiklus lautan
b.
biosiklus air tawar
c.
biosiklus daratan
Geografi
tumbuhan lebih menitikberatkan kajiannya pada biosiklus daratan. Biosiklus
tumbuhan daratan dapat dikelompokkan secara garis besar pada empat biokor utama
yaitu:
a.
biokor lautan
b.
biokor savanna
c.
biokor padang rumput
d.
biokor gurun
Tumbuhan
sangat dipengaruhi oleh fenomena geosfer. Suatu lingkungan (geografi) atau
kawasan sempit tempat tumbuhnya, suatu tumbuhan tertentu disebut habitat
misalnya habitat dataran tinggi, dataran rendah tebing dan lain-lain. Dalam
lingkungan suatu habitat terdapat suatu unit ekosistem yang lebih kecil yang
dihuni oleh masyarakat tumbuhan. Tumbuhan dapat juga dikelompokkan menurut
strukturnya atau sifat-sifat fisiknya yang tampak dari luar, yaitu:
- Ukuran dan stratifikasinya
- Bentuk hidup (life form)
- Cakupan dalam arti luasnya daerah yang ditumbuhi (jarang, berpencar, tandus, dan lain-lain)
- Fungsi
- Bentuk dan ukuran daun
- Tekstur daun
Disamping
itu tumbuhan juga dapat dikelompokkan berdasarkan toleransi terhadap suhu,
kemudian air maupun tempat tumbuh atau habitat. Berdasarkan toleransi terhadap
suhu maka tumbuhan dapat digolongkan menjadi:
a.
Tumbuhan daerah panas (megaterma)
b.
Tumbuhan daerah sejuk (mesoterma)
c.
Tumbuhan daerah dingin (mikroterma)
Berdasarkan
ketersediaan air, maka tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
a.
Tumbuhan daerah basah (hidrofit)
b.
Tumbuhan daerah dengan air yang cukup (mesofit)
c.
Tumbuhan daerah kering (xerofit)
Berdasarkan
habitat utama, maka tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Tumbuhan dengan
habitat terestrial (daratan)
b.
Tumbuhan dengan
habitat udara
c.
Tumbuhan dengan habitat
air (aquatik)
d.
Tumbuhan dengan
habitat mikro.
Urgensi
mempelajari geografi tumbuhan antara lain:
1.
Tumbuhan sebagai
penyediaan bahan dasar dan mentah bagi manusia dan hewan (bianatang)
2.
Memelihara kondisi
yang baik terhadap lingkungan.
3.
Bahwa agihan atau persebaran
tumbuhan berpengaruh terhadap persebaran dan migarasi manusia dan hewan.
Objek
utama kajian geografi tumbuhan adalah keseluruhan flora dan vegetasi yang
menutupi permukaan bumi, namun tumbuhan yang terutama dipelajari adalah
tumbuhan yang sempurna atau ideal yaitu tumbuhan berbiji, dimana tumbuhan
tersebut mempunyai akar, batang, daun, bunga dan biji.
Tumbuhan sebenarnya dapat dikelompokkan berdasarkan
kesempurnaannya yaitu mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang ideal
yaitu bakteri, ganggang, lumut, paku, dan tumbuhan biji. Beberapa istilah yang
berkaitan dengan geografi tumbuhan dan hewan yang perlu diketahui yaitu:
1. Vegetasi, adalah
keseluruhan tumbuhan yang terdapat dipermukaan bumi atau disuatu tempat
(tumbuhan penutup permukaan bumi). Misalnya: vegetasi rawa, adalah komunitas
tumbuhan dalam setiap ekosistem yang merupakan penutup dari tempat ekosistem
tersebut dan lain-lain.
2.
Flora, adalah semua
jenis tumbuhan yang merupakan kekayaan alam suatu tempat atau inventaris
kekayaan tumbuhan suatu tempat (misalnya: flora fauna Nusa Tenggara, dan
lain-lain)
3.
Hewan, adalah
keseluruhan hewan atau binatang yang tersebar dipermukaan bumi
4.
Fauna, adalah
kekayaan jenis hewan disuatu tempat tertentu misalnya fauna Asiatis dan
lain-lain
5. Ekosistem, adalah
sebagai suatu rangkaian atau rantai kehidupan yang saling pengaruh-mempengaruhi
dalam membentuk suatu komunitas kehidupan pada suatu lingkungan tertentu
(misalnya ekosistem padang rumput, ekosistem rawa dan lain-lain)
6. Lingkungan, adalah suatu
aspek keruangan (tempat) yang meliputi faktor iklim, tanah (lahan), topografi,
yang menentukan kondisi dan situasi tempat hidup makhluk.
Habitat, adalah tempat hidup suatu
tumbuhan atau hewan tertentu.
7. Nits (Nidus), adalah
lingkungan kecil (sempit) atau microenvironment yang khusus, bagi suatu makhluk
yang berbeda dengan makhluk lain.
8.
Biotop, adalah
komunitas tumbuhan pada suatu habitat dengan unit topografi primer.
9.
Biokor, adalah
kumpulan biotop-biotop yang mempunyai sifat-sifat serupa digabung menjadi satu
unit yang lebih besar.
10. Suksesi, adalah proses perubahan
komunitas tumbuhan yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
(bersifat kontinu), yang akhirnya sampai pada suatu komunitas tertinggi yang
dapat didukung oleh daerah itu. Hasil akhir dari perubahan komunitas tumbuhan
tersebut disebut”klimaks”.
Darlington
(dalam Fatchan, 2013: 3) menyebutkan bahwa berbagai komponen yang terkait
dengan pembahasan geografi hewan antara lain sebagai berikut:
1. Tempat “asli” suatu
hewan yang terkait dengan di mana suatu jenis hewan itu berasal
2. Berbagai tantangan
atau rintangan perkembangan suatu makhluk hidup, meliputi: faktor fisis seperti
keadaan lanskap, orografik iklim, dan kondisi geografis lainya; faktor
lingkungan ekologi seperti: kelembapan udara, hujan, temperatur, dan kadar
pencemaran atau zat mutant.Kedua hal tersebut sangat berperan bagi perubahan
dan perkembangan suatu spesies hewan yang ada di muka bumi.
3. Kompetisi, terkait
dengan pertahanan hidup (struggle for life ) bagi suatu jenis hewan
tertentu dalam mempertahankan dirinyauntuk tetap eksis di muka bumi.Kompetesi
tersebut senantiasa beraitan dengan tantangan alam, perkembangan ekologi, dan
kopetensi antar makhluk hidup.
4. Keseimbangan antar wilayah
yang dihuni oleh berbagai jenis hewan. Keseimbangan ini dapat menjadkan jenis
hewan tertentu dominn di wilayah tertentu pula.
5. Akibat terjadinya
proses evolusi menjadikan timbulnya hewan lain yang serupa namu berbeda
sifatnya. Perbedaan itu bisa berupa perkembangan ke arah yang lebih sempurna
(kompleks) atau ke arah yang menyimpang (lebih sederhana) dari pada induknya.
6.
Terjadi perubahan
yang menjadi berbeda-beda dalam bentuk dan sifatnya, seprti karena kawin
silang, modifikasi, atau mutasi.
7. Perubahan yang
terjadi pada saat perpidahan tempat (migrasi) atau proses kehiduan hewan.
Perubahan itu seperti: berpindahnya sekelompok hewan dari daerah satu ke daerah
lain yang kondisi geografisnya sangat berbeda, serta perubahan pada saat proses
dari telur menjadi anak menjadi hewan muda, dan menjadi hewan dewasa.
8. Dominasi oleh jenis
hewan tertentu. Banyak dijumpai dalam suatu kompetisi hidup hanya jenis hewan
tertententu yang menang, sehingga jenis hewan tersebut menjadi dominan di
wilayah tertentu.
9. Proses migrasi suatu
jenis hewan tertentu menjadikan hewan tersebut berubah karakteristiknya. Hal
ini karena tempat semua sangat berbeda dengan tempat yang baru. Pola migrasi
ini bisa berbentuk migrasi menetap atau migrasi ulang-alik antar musim
tertentu.
10. Akibat pengaruh sinar matahari (sinar
ultraviolet khusunya) menyebabkan terjadinya suatu evolusi (mutasi). Evolusi
ini bisa berupa adaptasi atau berubah secara tragis, atau berubah bentuk yang
sama sekali berbeda dengan induknya.
Dalam
suatu lingkungan ataupun wilayah tertentu selalu terjadi interaksi dan antar
aksi populasi suatu spesies dengan spesies lainnya. Baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas atau
kelompok suatu bentuk bentuk kehidupan. Di dalam komunitas tersebut selalu
terdapat komponen-komponen flora, fauna, dan mikroorganisme maupun manusia.
Suatu
makhluk hidup, tidak hanya tergantung pada makhluk hidup yang lain, namun juga
tergantung pada makhluk yang tidak hidup (lingkungan fisik). Komunitas atau
kelompok suatu bentuk kehidupan bersama dengan lingkungan fisiknya sebagai
wadah atau tempat kehidupannya, selalu menciptakan suatu bentuk ekosistem.
Dalam
perkembangan suatu komunitas biasanya terdapat suatu proses siklus
perkembangan, maupun mutasi dan modifikasi, sebab adanya variasi-variasi atau intervensi-intervensi
lingkungan yang memberi seleksi alamiah. Seleksi tersebut dapat berupa
rintangan, halangan saingan (competition), dominasi, pergerakan (penyebaran)
atau migrasi dan seterusnya.
Mempelajari
geografi hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari seorang ahli yang bernama
Alfred Russel Wallacea (1823 – 1913) yang mempelopori penelitian secara modern
tentang geografi hewan (Muhsholeh, 2012). Dia menggambarkan suatu garis khayal
yang merupakan pembatas dari penyebaran tempat hidup hewan atas enam wilayah
(kawasan) seperti:
a. Neartik
b. Neotropikal
c. Paleartic
d. Ethiopian
e. Oriental (Asiatik)
f.
Australic
Khusus
di wilayah Indonesia Wallacea membagi menjadi tiga berdasarkan ciri tumbuhan
dan hewannya maupun ciri-ciri geologi struktur yaitu wilayah Indonesia Barat,
yang berciri Asiatik, Wilayah Peralihan dan Wilayah Indonesia Timur yang
bersifat Australik.
Lingkungan
makhluk hidup ada dua jenis yaitu lingkungan biotik dan lingkungan fisik. Semua
makhluk hidup dituntut untuk dapat menyesuaikan kedua lingkungan tersebut.
Untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut yaitu fisikal
adaptation dan social adaptation. Adapun jenis-jenis lingkungan abiotik antara
lain: tanah, udara, air, temperatur dan sinar matahari. Habitat hewan dapat
digolongkan menjadi habitat darat, laut, air tawar dan udara. Habitat darat
dapat digolongkan menjadi: habitat padang rumput (steppa), habitat hutan tropis
basah, habitat hutan musim, habitat hutan homogen dan habitat tundra.
Para
ahli geografi hewan berpendapat bahwa mempelajari penyebaran (distribusi) hewan
adalah dengan metode pendekatan asumsi, bahwa kecuali untuk faktor-faktor
tertentu, sebenarnya tiap spesies hewan itu seharusnya berada di mana-mana.
Namun oleh karena faktor-faktor tertentu, maka keberadaan hewan di suatu daerah
tidak dimungkinkan. Faktor tersebut antara lain tidak adanya adaptabilitas.
Penyebaran
atau dispersi suatu spesies hewan dipengaruhi tekanan populasi dan perubahan
habitat. Sedang sarana untuk dispersi, dapat melalui udara, air, lahan dan
pengangkutan baik disenagaja maupun tidak disengaja. Hambatan-hambatan dispersi
antara lain: hambatan iklim, hambatan geografis, hambatan edafis dan hambatan
biologis.
Pada
umumnya, terdapat korelasi tertentu antara daerah geografis dengan ciri-ciri
hewan, misalnya daerah dingin hewan ampibi umumnya lebih kecil dibandingkan
dengan hewan sejenis di daerah panas. Hewan-hewan padang pasir yang kering dan
panas berwarna lebih muda dibanding hewan didaerah lembab (berwarna lebih
gelap).
Dalam
sejarah perkembangan dunia hewan yang terjadi secara evolusi, disebabkan oleh
adanya variasi genetika dan seleksi alam. Peristiwa itu timbul karena adanya
proses mutasi gen (sifat pembawa keturunan) serta adanya proses rekombinasi
gen-gen dalam keturunan selanjutnya yang disebut proses modifikasi. Mutasi
adalah perubahan sifat-sifat individu yang menyimpang dari sifat-sifat normal
induknya, karena gen pembawa sifat mengalami perubahan yang bersifat menurun.
Modifikasi
adalah perubahan sifat-sifat individu yang menyimpang dari normal. Perubahan
itu akibat dari perubahan umur dari dalam gen itu sendiri (misalnya karena
perkawinan silang. Perubahan sifat akibat proses modifikasi tersebut hanya
bersifat sementara atau tidak bersifat menurun. Perkembangan makhluk hidup
berdasarkan teori evolusi dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan antara
lain:
.
Evolusi terjadi karena faktor letak geografis.
b.
Evolusi karena faktor lingkungan dan genetika
c.
Evolusi karena faktor adaptasi dan seleksi
d.
Evolusi karena faktor seleksi buatan.
Dalam
perkembangan makhluk hidup di muka bumi, banyak dipengaruhi oleh kegiatan
manusia. Hal ini disebabkan oleh pertambahan populasi manusia yang begitu cepat
mengakibatkan sistem ekologi makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan)
dipermukaan bumi menjadi terganggu oleh sebab itu alam perlu dilindungi dan
diawetkan (dikonservasi), agar tidak terjadi kemusnahan dari spesies-spesies
makhluk hidup.
Pengawetan
alam juga mempunyai nilai ekonomi. Perlindungan alam dibagi dua kategori,
yaitu: perlindungan alam umum dan perlindungan alam dengan tujuan tertentu.
Perlindungan alam umum merupakan satu kesatuan yaitu flora, fauna dan tanahnya.
Sedangkan perlindungan dengan tujuan tertentu melindungi satu atau beberapa
unsur dari alam di daerah tertentu. Perlindungan alam umum dibagi menjadi:
a.
perlindungan alam ketat
b.
perlindungan alam terbimbing
c.
national park
Perlindungan
alam dengan tujuan tertentu dibagi menjadi: perlindungan geologi, perlindungan
alam botani, perlindungan alam zoologi, perlindungan antropologi, perlindungan
pemandangan alam, perlindungan hutan, perlindungan margasatwa dan perlindungan
ikan.
Objek
Kajian biogeography atau geografi tumbuhan dan hewan pasti
terkait dengan bentang alam, karena faktor yang paling banyak terkait dengan
bentuk kehidupan di muka bumi ini adalah keadaan bentang alam. Bentang alam
berasal dari pengertian kata landscape (Inggris), landchap (Belanda),
artinya ialah suatu ‘pemandangan alam atau daerah dengan aneka ragam bentuk
permukaan bumi, seperti: gunung atau pegunungan, lembah atau ngarai, sungai,
sawah, ladang, kampung (settlement), dan sebagainya, yang sekaligus
terlihat yang nampak sebagai satu kesatuan’ (Fatchan, 2013: 6).
Menurut
Kolars dan Nystuen pada dasarnya bentang alam secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua. Penggolongan itu dikaji dari sudut aktivitas kegiatan
manusia di muka bumi ini. Kedua bentang alam tersebut yaitu (Kolars dan
Nystuen, 1974 dalam Fatchan 2013: 6)
1. Bentang alam asli (original
landscape) adalah bentang alam ciptaan alam yang belum
terpengaruh oleh
aktifitas kegiatan manusia, semata adanya karena aktifitas alam.
2. Bentang alam buatan
atau bentang alam yang sudah diubah oleh aktifitas kegiatan manusia,
dimana
bentang alam ini sudah tidak “original” lagi akibat ulah manusia.
Dari kedua bentang alam tersebut tentunya bentang alam asli adalah bentang alam
terbaik untuk pertumbuhan, perkembangan, dan penebaran segala jenis tumbuhan
dan hewan di muka bumi ini. Karena pada hakekatnya setiap hewan dan tumbuhan
akan lebih nyaman berada di bentang alam yang original, mereka akan survive, dan
mampu memaksimalkan kemampuan tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungannya
sesuai dengan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan, contohnya seekor monyet yang
sejak lahir berada di lingkungan hutan alami akan lebih bisa mempertahankan
hidupnya karena sejak kecil terbiasa memaksimalkan potensi tubuhnya untuk
beradaptasi di lingkungan hutan, sedangkan monyet yang sejak lahir dibesarkan
oleh manusia di pemukiman penduduk dan dibiasakan diberi makan oleh
pengasuhnya, maka ketika dilepas di alam liar monyet tersebut akan kebingungan
dan kurang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun pada kondisi
tertentu bentang alam buatan memang dibutuhkan untuk keperluan hidup manusia,
seperti adanya kebun binatang yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran dan
pariwisata, contoh lain adalah areal persawahan yang digunakan untuk pertanian
padi sehingga hasilnya dikonsumsi masyarakat sebagai salah satu makanan pokok.
B.
Perkembangan
Makhluk hidup di Muka Bumi
Makhluk hidup yang ada di
muka bumi ini dimulai dari bentuk kehidupan yang sederhana yang berupa protozoa
dan kemudian virus. Makhluk ini kemudian berkembang (berevolusi) menjadi
makhluk hidup yang badannya terdiri dari beberapa sel seperti bakteri. Bakteri
berkembang (berevolusi) menjadi dua kemlompok besar suatu jenis makhluk hidup
yaitu:
1.
Ancestral throcopore yang merupakan induk (nenek
moyang) bagi berbagai jenis hewan yang ada di muka bumi ini.
2.
Bryophita yang merupakan induk (nenek moyang) bagi berbagai jenis tumbuhan yang ada
di muka bumi ini (Mary, 1953; Polunin, 1966 dalam Fatchan
2013: 8).
Menurut
Anindithya (2011) Bryophyta adalah tumbuhan yang Lumut adalah tumbuhan yang
sudah terbentuk embrio, berspora tapi belum mempunyai akar, batang dan daun.
Berasal dari bahasa Yunani yaitu, “Bryum” yang berarti lumut. Tumbuhan
ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati, yaitu
xilem dan floem. Ciri – ciri Bryophyta adalah sebagai berikut:
1. Fotosintesis, multiseluler dan
eukariotik
2. Tak memiliki akar, batang dan daun
sejati (talus)
3. Tak memiliki pembuluh angkut (xilem dan
floem)
4. Mengalami pergiliran keturunan (dari
gametofit – sporofit)
5. Reproduksi seksual dan aseksual (spora)
6. Pengangkutan Air, melalui peristiwa
Osmosis
7. Pergerakan air dari konsentrasi tinggi
ke konsenterasi rendah melewati membran semi permeabel.
8. Pengangkutan mineral, melalui difusi:
pergerakan zat terlarut (mineral & ion) dari konsentrasi tinggi ke
konsenterasi rendah.
Sejak
dahulu kala setiap makhluk hidup telah bergantung terhadap lingkungan fisik
geografisnya dan juga selalu saling membutuhkan antar makhluk hidup, karena
rasa bergantung dan rasa saling membutuhkan itu lah maka terjadi interkasi yang
sangat kuat. Interaksi-interkasi tersebut yang kemudian membentuk suatu
ekosistem bagi kehidupan makhluk hidup.
Menurut
Fatchan (2013: 9) dalam kehidupan tumbuhan dan hewan, ekosistem terbagi menjadi
dua yaitu
1. Lingkungan abiotik
merupakan lingkungan fisik meliputi: tanah atau kontinen, iklim, bentuk
morfologi, kondisi perairan, udara, suhu, dan sinar matahari
2. Lingkungan biotik
merupakan lingkungan nonfisik geografi atau lingkungan berbagai bentuk makhluk
hidup yang meliputi: berbagia jenis hewan dan tumbuhan, serta makro dan mikro
organisme.
Interaksi antara kedua lingkungan itu akan membentuk suatu ekosistem. Ekosistem
tak terlepas dari keadaan habitat bagi tempat hidup suatu makhluk hidup.
Habitat di muka bumi secara geografis dapat digolongkan menjadi: (1) habitat
darat meliputi daerah tundra, gurun dan padang rumput, daerah tropik basah,
daerah empat musim dan daerah sedang: (2) habitat air meliputi lautan atau
habitat air asin air payau atau pantai, dan air tawar atau daerah sungai
(Darlington, 1966 dalam Fatchan 2013: 10).
Proses evolusi bagi suatu makhluk hidup yang ada di muka bumi ini tak terlepas
dari keberadaan lingkungan fisik dan biologis tersebut. Sedangkan terjadinya
suatu proses evolusi dipengaruhi oleh adanya hal-hal seperti berikut (Polunin,
1966 dalam Fatchan 2013: 10):
- Proses mutasi merupakan suatu proses perubahan makhluk hidup akibat adanya zat mutant yang dapat merubah bentuk dan sifat suatu makhluk hidup;
- Proses modifikasi merupakan suatu poses perubahan makhluk hidup akibat dari proses perkawinan khususnya perkawinan silang antarjenis tanaman, sehingga dapat merubah bentuk dan sifat suatu makhluk hidup;
- Proses perkawinan silang itu seperti yang pernah dijelaskan oleh Mendel dalam teori heriditas. Dalam proses perkawinan silang yang hasilnya (anaknya) bersifat intermidiet. Perkawinan silang semacam itu akan terjadi jika kedua jenis mahkluk hidup tersebut melalui proses perkawinan lini murni (pemurnian genetika) dan;
- Adanya berbagai proses evolusi karena proses berikut: faktor letak geografis, pengaruh faktor genetika, dan perubahan lingkungan, adaptasi dan seleksi, dan faktor seleksi buatan yang populer pada akhir-akhir ini.
Sedangkan menurut Hardy dan Weinberg (dalam Meiharls,
2009) menyatakan bahwa faktor evolusi adalah sebagi berikut:
1.
Perkawinan tak acak
Perkawinan umumnya dipengaruhi faktor
pilihan. Misalnya, burung merak betina lebih memilih merak jantan dengan bulu
ekor yang besar dan manusia cenderung mengembang biakan hewan atau tanaman yang
menguntung.
2.
Migrasi
Individu yang meninggalkan populasi
(emigrasi), akan membawa alel keluar. Sebaliknya individu yang masuk ke dalam
populasi (imigrasi), akan membawa alel yang berpotensi menjadi alel baru.
Pergerakan alel antar populasi ini disebut arus gen. Migrasi menyebabkan
bertambahnya variasi sifat dalam suatu populasi.
3.
Hanyutan Genetik
Perubahan frekuensi alel akibat adanya
populasi kecil yang memisah dari populasi besar ini disebut hanyutan genetic.
Salah satu sebab dari hanyutan genetic adalah founder effect. Founder, yang
dalam bahasa inggris berarti penemu atau pendiri mengacu pada sekelompok
individu yang menempati tempat baru dan membentuk koloni tersendiri.
4.
Seleksi alam
Terjadinya perubahan pada suatu
lingkungan hidup akan mengakibatkan terjadinya dua hal, yaitu:
a. Organisasi yang dapat
menyasuaikan diri dengan lingkungannya yang baru akan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
b. Organisasi yang dapat
menyesuaikan diri dengan yang baru akan mati atau pindah ke daerah lain yang
tidak mengalami perubahan lingkungan.
5.
Mutasi
Mutasi merupakan perubahan materi
genetik yang bersifat menurun.mutasi dapat terjadi pada semua organisme dan
merupakan sumber dari adanya variasi hereditas. Mutasi gen adalah perubahan
struktur kimiawi dari gen yang terjadi tanpa atau karena pengaruh faktor luar
(alami/buatan). Penyakit molekuler Hb yang paling adalah penyakit anemia sel
sabit. Penyakit ini ditentukan oleh gen resesif autosomal yang menyebabkan
kelainan darah yang fatal jika dalam keadaan
homozigot. Vernon Ingram, dengan menggunakan teknik elektroforesis,
menemukan adanya perbedaan molekuler antara Hb normal (HbA) dan Hb sel sabit
(Hb)
6.
Rekomendasi dan
seleksi
Bagian terpenting dari mekanisme
evolusi adalah adanya rekombinasi gen. Rekombinasi gen dapat berlangsung
melalui perkawinan, sehingga reproduksi merupakan faktor penting dalam proses
evolusi.
Maka
frekuensi gen dalam populasi dapat tepat stabil dan tetap berada dalam
keseimbangan dari satu generasi ke generasi dengan syarat :
1. Jumlah populasi besar
2. Perkawinan secara acak atau random
3. Tidak terjadi mutasi maju atau balik
4. Tidak ada seleksi
5. Tidak ada migrasi
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Biogeography adalah
ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu tentang tumbuhan dan hewan, mulai
dari asal mulanya, proses penyebarannya, dampak penyebarannya dan keberadaannya
terhadap kehidupan manusia di suatu lokasi tertentu. Dalam mempelajari
biogeography diperlukan
dua aspek yaitu aspek geografi dan aspek biologi.
2.
Makhluk hidup yang
ada di muka bumi ini dimulai dari bentuk kehidupan yang sederhana yang berupa
protozoa dan kemudian virus. Makhluk ini kemudian berkembang (berevolusi)
menjadi makhluk hidup yang badannya terdiri dari beberapa sel seperti bakteri.
Bakteri berkembang (berevolusi) menjadi dua kelompok besar suatu jenis makhluk
hidup, kemudian dari dua itu berkembang lagi menjadi berbagai macam melalui
evolusi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anindithya.
2011. Bryophyta.
Dhemajad. 2014.Apa
itu Geografi Tumbuhan dan Hewan.
Fatchan, Achmad.
2013. Geografi Tumbuhan dan Hewan. Yogyakarta; Penerbit Ombak.
Maulana, Qasrin.
2014. Geografi Tumbuhan.
Muhsholeh. 2012.
Pengantar Geografi Hewan.
Polunin, Nicholas.
1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun (terj) Hal.2.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.